Day 1 : Welcome to Singapore...
18 November 2010
This is it!
Tanggal yang dinantikan akhirnya datang juga. Waktu menunjukkan jam 12.30 WIB, yang artinya sudah waktunya saya izin pulang kantor dan bersiap-siap untuk memulai perjalanan saya ke negeri tetangga yang identik dengan patung Singa.
Yep! That's right! I'm going to Singapore. Yippikayee!!
A little bit nervous, but so damn excited. Finaly i can go abroad. haha * norak
Yah, mungkin banyak yang mikir, cuma Singapore doank. Tapi buat saya, the destination is matter but i;m excited about what am i going through this time?! What is my trip would be like? It's the journey.
Sepenggal lagu terngiang ditelinga dan kunyanyikan menurut versi sendiri :
" Well, my bags are packed and i'm ready to go,
coz i'm leaving on an airplane, i have to go..
Menuju stasiun Gambir, kemudian naik bis Damri ke Soekarno-Hatta cukup membayar 20K. Saya turun di terminal 2D, terminal untuk keberangkatan luar negeri menggunakan maskapai low fares andalan para low cost traveler kepunyaan negeri Jiran tersebut. Yep, i'm a low cost traveler, not yet backpacker. hehe
Trip spontan ini berawal dari godaan promo tiket murah 10K dari Air Asia sekitar bulan Agustus lalu, dan karena kebetulan ada teman yang akan pergi ke sana juga, akhirnya saya memutuskan untuk beli tiket pergi sehari lebih cepat dari teman saya Jessy & temannya. Kami berencana ketemuan di sana.
Saya menunda membeli tiket pulang, karena kala itu paspor saya masih dalam proses dan saya masih sedikit ragu dengan budget dan lain-lain. Maklum pengalaman pertama ke luar negeri sendirian pula. Saya jadi sering browsing mengenai Singapore. Thanks to uncle Google. ;p
Setibanya di terminal 2D, agak kecepetan sih sampainya, jadi saya isi perut dulu deh di A&W, karena flightnya jam 18.55WIB, maka saya akan sampai Singapore Jam 21.35 WS ( Waktu Singapore) dikarenakan waktu singapore lebih awal 1 jam dari Jakarta.
Check in time!
Check in di loket yang ditentukan, bayar airport tax Rp. 150.000,-.
Mampir dulu ke Loket bebas fiskal, tunjukan paspor, tiket dan NPWP, nanti akan di cap bebas fiskal.
Setelah itu baru check in dan paspor kita di cap deh. (Seneng euy liatnya) * lagi-lagi norak!
Sebelum masuk ke ruang tunggu, di dua sisi jendela ada timbangan yang bisa dipakai untuk menimbang beban tas kita, karena batas beban max. 7 Kg aja. Kalo lebih pasti kena charge. Untungnya backpack-ku cuma 4 KG. v(^.^)v
Ternyata pesawat delay 30 menit, jadi baru take off jam 19.35WIB yang artinya sampai Singapore juga ngaret 30 menit. Cemas kalo kemaleman MRT nya udah ga beroperasi ( setau saya cuma sampai midnight).
Untungnya saya udah booking kasur ( mixdorm 12beds) di Footprints Hostel, lokasinya 10 menit jalan kaki dari Little India MRT station.
Sampai hostel udah jam 23.30WS, pas check in kita dikasih receipt sekaligus harus membayar biaya menginap dan deposit box , dan kita akan diberikan kunci, sarung bantal dan sprei baru yang harus kita kembalikan saat check out dan kita akan menerima deposit kita deh. tapi ruang tamu masih rame sama mayoritas bule-bule kece yang ngaku 'kere' yang lagi asik nonton tv. Huaa.. pertama kali melancong ke negeri orang nginep di hostel pula, bener-bener pengalaman yang seru sekaligus bikin deg-degan karena kita ga bakal tau situasi apa yang menanti di depan sana. Yahh,, pikirin besok aja lah yah. Malam pertama saya hanya ingin mandi dan tidur. kebetulan Mix-dorm saya terletak di lantai 3, dan pas mau buka pintu kamar dengan kunci yang di kasih sama Receptionistnya, alamak itu kunci nyaris penyok karena ternyata saya salah muter kunci ke arah yang berlawanan. Untung bisa dibenerin kalo ga sayang banget kan kalo bayar charge. Oh yah, saya berhasil masuk kamar karena di bukain pintu sama salah satu room mates saya malam itu yang ternyata orang bandung. Jauh-jauh melancong ke negeri orang ketemunya sama Javanese euy. Zzz (-.-)"
Lesson for today: Be Thankful...
Semalam ketika saya baru saja keluar dari gedung kantor, pandangan saya tertuju pada dua sosok lelaki dewasa yang berjalan dengan bantuan tongkat, yang satu berusaha untuk menuntun yang lain. Pernah mendengar istilah ' Orang buta menuntun orang buta' ? Well, semalam saya dan masih banyak orang lainnya yang baru pulang kantor menyaksikannya.
Ketika duo orang buta ini terhalang dengan pembatas jalan dan rantai yang diletakkan di sekitar halaman gedung, saya spontan menghampiri mereka dan menawarkan bantuan untuk mengantarkan mereka sampai tujuan shelter busway Karet.
I can't say that is easy to lead two blind man walking on the street. But i try.
Kami jalan berurutan, saya lupa memberi tahu bahwa ada lubang dijalan yang kami lewati, alhasil kaki orang buta kedua sempat terperosok masuk ke lubang tersebut. Saya merasa bersalah, namun untungnya baik-baik saja.
Sepanjang jalan pulang ke rumah setelah membantu mereka, saya merenung betapa saya sepantasnya bisa lebih bersyukur atas apa adanya diri saya saat ini. Seberapa beratpun masalah hidup yang saya hadapi, well hey! i still can SEE it. Saya bisa melihat ada rintangan yang menghadang, saya bisa menghindari lubang dijalan dan berusaha tidak terperosok ke dalamnya.
Lesson for today : 'Be thankful for what and who you are now'.
( written as my FB status yesterday)
Counting days.. i'm going solo!
Klik! Confirmed!
Wait! Did i just bought return ticket Sin-Jkt for next month??! YES, I DID!
Huaa.. i'm surprised.Oh La La!
Selama ini saya seringkali hanya sekedar ngomong mau deh solo backpacking ke luar negeri. Dan sekarang ini saya tinggal menghitung hari - hari perjalanan my first solo backpacking ke negeri Singa alias Singapore terealisasi. Yup, i'm going solo.Finaly!
Berawal dari kebiasaan saya memantau situs budget airlines kepunyaan negeri Jiran tersebut, dan pengalaman beberapa temen saya yang seolah mulai dari pertengahan tahun ini seperti 'piala bergilir' menjejakkan kaki di Singapore, membuat saya berandai-andai "kapan yah giliran saya?!". Dalam hati kecil sih pengen banget deh bisa ke sana tapi sendiri. Maklum, bisa dibilang sudah menjadi obsesi pribadi saya buat solo backpacking. ;)
Kebetulan beberapa waktu belakangan beberapa budget airlines pun seolah mendukung hasrat untuk traveling ke negeri tetangga. Ibarat gayung bersambut, saya memutuskan untuk beli tiket pergi Jkt-Sin tgl 18 Nov '10 seharga Rp. 25.000,- ( belum termasuk airport tax). Kenapa ga sekalian beli tiket pulang?
Karena untuk tiket promo masalahnya kita jarang bisa nentuin waktu yang pas sama yang kita inginkan.
Untuk dapetin tiket return yang murah saya harus menunggu sampai tgl 23 Nov '10 yang artinya terlalu lama waktu yang saya habiskan hanya sekedar menengok Singapore.Di samping itu, paspor saya masih dalam proses dan budget yang harus saya keluarkan di Singapore juga makin besar. Tujuan saya kan backpacking, makin murah makin menyenangkan donk? hehe. Sepertinya Tuhan merestui rencana saya kali ini, penantian setia saya ( Halagh) mencari tiket pulang murah untuk tgl 20 Nov '10 ga sia-sia. Tiger Airways ( another budget Airlines) yang akan mengantarkan saya kembali ke tanah air nantinya. Kebetulan lagi ada promo early bird, tiket SGD 0, jadi saya hanya perlu membayar airport tax dan surcharge credit card total SGD 35. Lumayan kan, dari pada manyun. ;)
Akan jadi seperti apa yah my First solo backpacking nanti?
Ga sabar jadinya. ;)
My Paspor.. Finaly!!!
Wahhh... Senangnya berhasil menggenggam buku hijau ini ditangan.
Maklum proses pembuatannya memakan waktu yang sangat lama dan bikin sebel. :-(
Dimulai dari pembuatan KK (Kartu Keluarga) yang harus di revisi karena kesalahan informasi. Harus rela menunggu sekitar 1 bulan, ya satu bulan hanya untuk bikin Kartu Keluarga yang beranggotakan diri saya sendiri.
Setelah KK selesai, saya langsung menghubungi agent yang saya dapat dari teman kantor saya.
Paling ngga harganya termasuk lebih murah dibanding agent lain. Saya harus rela mengeluarkan dana sebesar Rp. 450.000,- untuk pembuatan paspor (waktu normal). Sebenernya sama aja waktu yang dihabiskan dengan kita mengurus sendiri dan dana yang dibutuhkan juga hanya sekitar Rp. 270.000,- tapi harus rela bolak balik. Mungkin harus bayar extra biar bisa lebih cepat, tapi ya sudahlah saya bisa menunggu. Sebelumnya saya sudah mencoba untuk mengurus paspor sendiri dengan melakukan registrasi online terlebih dahulu, hanya saja tidak berhasil.
Rabu, 13 Oktober saya ijin masuk kerja setengah hari untuk foto dan interview (hanya verifikasi data). Untungnya sih saya cuma sekali aja datang ke kantor Imigrasi Jakarta Selatan ( yang di Mampang di renovasi jadi dipindahkan ke TB. Simatupang alias jauh bener). Jam 07.45am saya naik bis dari terminal Senen naik P20 sampai warung buncit saya 'di oper' ke P20 lain, berhubung macet dan agent saya sudah mengantrikan nomor untuk foto akhirnya saya turun dan naik ojek ke Kantor Imigrasi.
Situasi dikantor Imigrasi rabu kemarin sangat padat, banyak sekali orang-orang yang punya kepentingan. Dan meskipun saya sudah memegang nomor antrian tetap saja harus sabar menunggu sekitar 1 1/2 jam untuk giliran saya. Tak sampai 10 menit di dalam, saya sudah selesai dan kata petugas imigrasinya ditunggu saja 4-5 hari kerja ketika saya bertanya berapa lama proses paspornya. Hoalahhh.. Ya sudahlah.
Dan akhirnya tepat 1 minggu setelah foto paspor, hari ini buku hijau tersebut sudah bisa saya genggam.
Now, i'm so ready hunting tiket promo buat plan tahun depan. Yeayy!!!
Travel book Provence for FREE..
CCF.. A2
Thousand Islands with Share Traveller ( 31 Jul - 01 Agst '10)
Share Traveller (ST) adalah sebuah komunitas traveller yang mempunyai prinsip Low Cost Traveling. Saya sendiri tidak sengaja bergabung ( ga begitu aktif sih) dengan grup ini saat join trip Merbabu bulan April lalu.
Bermodalkan tekad dan keinginan menggebu menjelajah bumi indonesia tercinta (ciee elah) membawa saya bertemu teman-teman baru yang lebih berpengalaman ngubek-ngubek berbagai pelosok Indonesia.
Setelah trip Merbabu, akhirnya saya join trip lagi sama anak-anak ST ke pulau Kelapa-Harapan dan sekitarnya. Pokoknya kita puas main-main atau cuma sekedar mampir ke beberapa pulau lainnya ( Tongkeng, Kayu Angin, Bira kecil, Bira besar, Panjang Kecil, Panjang Besar, Pulau Putri, dll). Awalnya dibatasi 20 Orang, tapi ternyata emang dasar hobi traveling lagi merajalela, jadilah kami 29 orang berangkat bikin pulau tambah rame. hehe
Homestay kami di Pulau Harapan (yahh di pas-pasin deh tuh rumah), letaknya agak jauh dari dermaga jadi kami cukup pemanasan jalan kaki sampe dermaga.
Sunset at Pulau Panjang
Seperti biasa, trip ini digawangi oleh Dwie. Kebetulan saat itu saya sih lagi pengen santai-santai menikmati liburan dengan cara saya sendiri. Saya agak mengasingkan diri pas trip ini, ga terlalu bersosialisasi lebih suka merenung dan berpikir ( emang lagi banyak pikiran). Hanya ingin menenangkan diri di pulau. hehe
Pulau Kayu Angin
Kunjungan kali ini my favorite spot goes to Kayu Angin island. Pasirnya putih, gak terlalu luas pulaunya, banyak bulu babi tapi cukup asik main-main air disini.
Snorkeling di beberapa spot seperti menjadi sebuah keharusan kalau kita bertandang ke pulau. Rasanya kurang lengkap kalo ke pulau tapi ga snorkeling sampe kulit keling. haha
Well, Maybe some other time.
Au Revoir.
Diary Untuk V..
Saat masih kecil atau ABG alias anak baru gede (atau anak babe gue?? hehe) kebanyakan kita suka coret-coret di buku harian atau lebih tenar dibilang Diary. Entah curhat tentang kejadian lucu, unik, cinta monyet, kesedihan, pokoknya semua rasa tumpah deh di buku diary. Fungsinya sih biar hati kita lebih plong aja. hehe
Tapi saya bukan bagian dari mayoritas itu, waktu kecil saya ga pernah curhat sama buku harian mungkin faktor itu juga kali yah yang bikin saya cepet naik darah (teori asal-asalan). haha
Sebelum libur lebaran, sempet bbm-an sama asna ngobrol ngalor-ngidul eh tiba-tiba asna mau bikinin buku diary buat saya. Hoalah.. mungkin kadar stress saya udah maksimal kali yah, sampe asna berbaik hati mau bikinin diary. Saya cuma request pake bahan seadanya, kalo bisa yang tebel (sepertinya keluh kesah bakal banyak nih) . Huaaa.. senangnya pas terima diary buatan asna. Sekarang saya punya diary deh. hehe
Getaway to Tidung island... (14-15 Agustus '10)
Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi favorite yang berada di perairan Kepulauan Seribu yang akhir-akhir ini sedang di gemari oleh para turis domestik dan banyak di kunjungi di akhir pekan. Seperti halnya ke Pulau Pramuka dan kepulauan lainnya, Pulau Tidung bisa dicapai menggunakan kapal nelayan di pasar Muara Angke atau dari Marina Ancol dengan menggunakan kapal Lumba-lumba dan Kerapu (namun saya belum pernah mencobanya). Tarif kapal Angke-Tidung sangat terjangkau, hanya perlu merogoh kocek Rp. 33.000,-/way. Perjalanan laut sekitar 2 1/2 - 3 jam saja, kita sudah bisa menikmati suasana berbeda dari kota Jakarta. ( Kepulauan seribu termasuk wilayah Jakarta Utara loh). Walaupun kondisi perjalanan dengan kapal nelayan tidak bisa dibilang nyaman, namun membuktikan pepatah yang mengatakan " bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian". hehe
Saya dan teman-teman baik saya berkesempatan mengunjungi Tidung disuatu pekan. Kebetulan bertepatan dengan bulan puasa, jadi pulau jauh lebih sepi dari biasanya. Soalnya kalo keramean juga kurang asik. hehe
Kami menginap di homestay (rumah penduduk yang disewakan), maklum Tidung bukan pulau wisata jadi ga ada resort mewah disini. Homestay merupakan satu rumah yang terdiri dari 2 kamar, 1 kamar mandi, AC dan TV. Biayanya berkisar Rp. 350rb/nite, kapasitas bisa 15-20org loh. Makin rame makin murah sharing costnya. Bisa ngapain aja sih di tidung??
Pulau Tidung terkenal dengan jembatan panjang yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil. Ada tempat penyewaan sepeda dekat dermaga, Rental fee-nya hanya Rp 15rb/day (harus pilih-pilih kondisi sepeda, karena ga semua sepeda dalam kondisi ok).
Goes-goes sepeda sore-sore ke Tidung kecil mayan asik loh, cuma sepeda harus di parkir, dan kita bisa jalan kaki ke jembatan cinta (siapa yang punya ide kasih julukan itu yah? aya-aya wae.. hehe). Buat yang hobby memacu adrenalin, bisa coba lompat 'indah' dari jembatan setinggi kurang lebih 8 meter. Byurrr.
Seribu sayang, kondisi jembatan yang masih terbilang baru di perbaharui tersebut sangat memprihatinkan { banyak kayu yang lapuk bahkan copot (ati-ati kejeblos), gazebo yang runtuh dan terbengkalai, banyaknya sampah ( setiap pulau pasti banyak deh)}menjadi nilai minus tidung, namun gradasi air biru kehijauan mampu menghibur orang-orang kota seperti kami yang kebanyakan liat gedung tinggi dan polusi dimana-mana. hehe
Kalo bertandang ke pulau tapi ga snorkling till keling rasanya ga afdol. Kita bisa sewa perahu untuk snorkling ke sekitar pulau tetangga ( Karang Beras, Pulau Air (nice view), Pulau Payung, dll). Harga sewa kapal biasanya berkisar Rp. 400rb/ kapal dengan kapasitas max. 15 org.
Setiap orang pasti punya cara masing-masing menikmati waktu dan liburan. Well, demikian sharing dari saya.
Now, balik lagi ke rutinitas harian deh. See ya next trip.
Semangat!!!
Perfection in Imperfection
Berbicara mengenai kesempurnaan, setiap orang pasti punya pengertian sendiri.
Mungkin sebagian berpikir,
" Andai saya kaya, cantik, punya keluarga yang bahagia, saya akan merasa sempurna."
Menara Pisa sebenarnya dibuat agar berdiri secara vertikal seperti menara lonceng pada umumnya, namun mulai miring tak lama setelah pembangunannya dimulai pada Agustus 1173. (id.wikipedia.org)
Masing-masing kita seringkali melihat segala sesuatu dengan kaca mata sendiri. Sehingga tidak jarang yang tercipta hanyalah keluhan mengenai apa yang orang lain miliki dan apa yang tidak kita miliki.
Kenapa orang lain bisa dan saya ngga?
Kenapa saya harus alami hal ini dan mereka ngga?
and so many other WHY?
Saya adalah orang yang seringkali, bahkan senantiasa melihat sesuatu dari kaca mata saya sendiri. Pada akhirnya yang saya dapatkan adalah selalu kekurangan dan kelemahan yang saya miliki dan tidak dapat mudah untuk bersyukur atas apa yang saya miliki.
Rendah diri, pesimis, negatif thinking dan iri hati seringkali menjadi buah dari pemikiran saya.
Melihat dari sisi negatif memang sangat mudah. Tanpa disadari saya terbiasa untuk berpikir negatif tentang segala sesuatu yang datang dalam hidup saya, instead of positive thinking.
Katanya, Tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Yang ada hanyalah bagaimana kita bisa menilai ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna.
Bagi saya, mungkin bersyukur atas apa yang saya miliki, belum miliki dan tidak akan pernah saya miliki.
Belajar sesuatu yang baru bukan hal yang mudah, namun lebih baik dari pada tidak mulai belajar sama sekali.
Saat ini saya sedang berusaha menerapkan untuk berpikir positif. Sulit untuk membiasakan diri menilai segala sesuatu secara positif disaat saya sudah terbiasa dengan negatif thinking. Namun bukan berarti mustahil.
Semoga berhasil.
Pendakian 2M ( Merbabu-Merapi )
Kamis, 1 April 2010
Trip ini sendiri diberi judul "Pendakian 2M (Merbabu-Merapi)". Kedengarannya saja sudah Wow!! Bersama teman-teman baru yg tergabung dlm grup FB share traveller, sesuai namanya, kami yg berjumlah 15 orang sharing cost alias patungan biaya perjalanan biar lebih murah. Perkenalan dilakukan dikereta. untungnya, saya bukan satu-satunya newbie.Yeayy !!
Perjalanan dimulai naik kereta ekonomi Bengawan, jurusan Tanah Abang I - Lempuyangan yg ditempuh dlm waktu kurang lebih 12jam. Kondisi kereta sumpek dengan penumpang yang berjejalan karena tidak dapat kursi. Beruntungnya kami memesan tiket H-7 jadi dapat duduk deh.
Jumat, 2 April 2010
Sampai di Lempuyangan pagi hari,bersih-bersih sekenanya di toilet umum stasiun, dilanjutkan jalan kaki ke Malioboro untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Makan soto ayam murmer cukup Rp.5.000, - saja. Lanjut naik busway dari Malioboro, bus jurusan Yogya-Magelang, dan charter mini bus utk sampai di Wekas. Jalur inilah yang menjadi starting point pendakian. Setelah re-packing dan makan siang di basecamp Wekas, kami memulai pendakian dengan berdoa dan cheers ala share traveller. Pendakian diawali dengan ceria.
And the story goes..
Sekitar jam 17.30 wib, kami sampai di pos 2, ada satu tim yang sedang mendirikan kemah. Beristirahat sejenak sambil menunggu teman kami yang masih ketinggalan dibelakang. Saya memang pemula, tapi selalu berada digaris depan adalah taktik yang saya terapkan supaya tetap semangat. Setelah personil lengkap, istirahat dirasa cukup ditambah hasrat narcis terpenuhi, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan dan berkemah di pos 3. Here we go again...
Senter-senter menerangi pendakian kami senja itu. Medan yang licin dan gelap, menambah berat pendakian. Kami berjalan berkelompok karena keterbatasan senter ditambah lagi ada teman yang maagnya kambuh dan kram kaki. Tidak terhitung lagi berapa kali kami beristirahat. Tapi satu hal yang begitu menggoda, rasanya langit di Jakarta tak pernah secantik malam itu di Merbabu. Bintang-bintang bertaburan indah melebihi 'ketombe' dilangit sawarna februari lalu. Pernah liat planetarium? Seperti itulah kira-kira langit merbabu malam itu. Menakjubkan.
Kami lanjutkan perjalanan, dan mulai bertanya-tanya, dimanakah pos 3 berada? Karena setiap pos tidak memiliki tanda khusus, kami hanya dituntun oleh pipa air yang hanya ada sampai pos 2. Setelah berunding karena sudah malam dan rasanya badan kami pun sudah minta istirahat, kami putuskan untuk mendirikan kemah di dekat bebatuan besar. Makan malam seadanya, dan mencoba tidur bergelut dengan dinginnya cuaca karena angin yang berhembus super kencang, sehingga sempat membuat saya berpikir ada yang 'iseng' mainin tenda.Hehe
Tidak bisa tidur dan kebelet pipis merupakan kombinasi yang menyebalkan, untung saja ada temen yang berhasrat sama, berhubung tidak ada toilet diatas sana, maaf, semak-semak pun jadi. Haha
Bangun pagi, melewatkan sunrise karena baru bisa tidur subuh, sarapan pagi dan santai sejenak menikmati 'sejuk'nya pagi sambil menyeruput teh manis. Slurrppp!
Pemandangan dari kemah lumayan indah, malu-malu dibalik awan terlihat dikejauhan pengunungan Sindoro-Sumbing dan Rawa Pening. Tak lupa bernarcis ria dan foto 'keluarga' tentunya. Hehe
Kami pun lantas membereskan kemah untuk menuju puncak Syarif. Sampai dipuncak pemandangan hanya putih, awan tebal dan kabut menutupi pemandangan. Sedikit kecewa sih, soalnya udah cape-cape naik.
Lanjut ke puncak Kenteng Songo, gerimis mengundang, dan medan yang menghadang sama sekali tak terbayangkan oleh saya. Kami harus melipir tebing, dengan pijakan yang pas-pasan dikaki, ditepi jurang sekitar 10-15 meter. Speechless!
Dengan motto,"there's no turning back!" Saya yakinkan diri bahwa saya mampu melewatinya. It's not gonna stop me! And we all made it! Amazing! Total 3 puncak yang berhasil kami pijak, puncak Syarif (3.120mdpl) dan puncak Kenteng Songo, dan puncak Merbabu (3.142mdpl). Wow!
Bukan hanya pendakian yang penuh perjuangan, turun gunung pun butuh perjuangan. Entah dimana tepatnya kami melaju dijalur yang salah, sepertinya padang rumput yang begitu luas menghapus jejak yang seharusnya kami ikuti, rencananya turun melalui jalur Selo tapi akhirnya kami mengelilingi bukit kurang lebih 8 jam lamanya dengan senter yang terbatas kami jalan berkelompok dan cadangan air yang menipis menambah kecemasan, saya dan 2 teman lainnya (Dwie Bayu dan Lisna) turun duluan sementara yang lain beristirahat, akhirnya jam 22.30wib, kami tiba di pemukiman penduduk, rombongan lain pun menyusul kemudian dan akhirnya menumpang di rumah salah satu penduduk yang baik hati menampung kami tanpa pamrih. Bersih-bersih sekenanya, saya langsung meringkuk dalam sleeping bag dan seketika terpulas, sementara yang lain masih sempat menikmati makan malam bersama. Pagi-pagi kami berpamitan dan ternyata kami masih berada di kaki bukit, karena untuk sampai ke jalan besar butuh jalan kaki sekitar satu jam lebih, dan perjalanan kami masih panjang.
Merapi pun kandas. Yang ada 2M ( Merbabu-Muleh/pulang). Tapi perjalanannya merupakan pengalaman yang luar biasa berharga.
It’s worth to try !!
P.S : ketika baru turun gunung, saya dan satu teman baru saya (ika rangan) berkata akan pensiun dini naik gunung, tapi sepertinya kami berdua akan menarik perkataan kami sebelumnya. FYI, motivasi saya bertahan ketika tersesat menuruni bukit adalah semangkuk bakso yang menanti saya dibawah sana (meskipun saya tau kenyataannya ga ada). Sepele banget yah but It works.. Haha
From Sawarna With Love (12-14Feb '10)
Jumat, 12 Feb '10, jam 21.00WIB, waktu yang disepakati untuk berkumpul di meeting point (Plaza Semanggi) mempertemukan saya dengan kawan-kawan baru yang sama sekali asing. Maklum, ini pengalaman pertama saya join trip dengan anggota milis (TI).
Namun itu tidak menghalangi kami untuk menghabiskan weekend bersama ke Desa Sawarna, Banten.
Tanpa membuang banyak waktu, kami bergegas menuju ELF yang sudah di carter untuk perjalanan kali ini. Jam 21.30, Setelah 15 orang berkumpul (tambah satu supir - Pak Arfan), kami memulai perjalanan malam itu diiringi oleh gerimis mengundang (kaya lagu jadul). Mungkin karena habis pulang kerja langsung lanjut perjalanan jauh terasa sangat melelahkan, ditambah medan yang dilewati juga berkelok dan jalanan yang tidak rata, sepanjang perjalanan saya tertidur dengan space duduk yang seadanya (RED- 'dugem' dibelakang nyempil pula). Kami sempat beristirahat disalah satu saung di kawasan Pelabuhan Ratu. Kata Frans (yang ternyata seorang Leader Travel Organiser), kalo siang viewnya bagus. Berhubung pagi-pagi buta, jadi kami tak bisa menyaksikan keindahan panorama dari atas saung deh. Setelah istirahat dan senda gurau (kopi ala mak Erot), kembali kami pasang posisi masing-masing dan terlelap diiringi musik mellow. Pas banget.
Kira-kira jam 4 subuh,kurang lebih 71/2 jam kami tiba di desa Sawarna. Begitu turun dari mobil sambil mengambil backpack masing-masing, ketika mendongak ke langit, OMIGOD, ga perlu star gazing pake teleskop, karena dengan kasat mata jelas terlihat bintang-bintang bertaburan bak ketombe (celetuk seorang kawan). Siap dengan backpack masing-masing, berjalan menuju homestay yang akan menjadi tempat tinggal kami selama 2 hari 1 malam. Disambut oleh jembatan gantung yang tenar (mulai dari mitos buaya sampai kasus terjun bebas alias sepeda motor dan penumpangnya yang nyemplung dengan sukses).Haha
Pagi yang cerah, dilengkapi sarapan ditambah sambel yang maknyusss (jadi wajib ada sambel tiap kali makan dan kerupuk tentunya).
Selesai sarapan lalu bersih-bersih sekenanya, berhubung kami akan susur pantai lewat medan persawahan yang penuh lumpur yang sekalipun sudah berhati-hati ada saja yang terpeleset. Menambah kelucuan pagi hari. Haha
Setelah berceker kaki ria sepanjang perjalanan menuju Legon Pari, sontak sumringah ketika melayangkan pandang ke sekeliling pantai, sepi dan cukup bersih, malah hanya kelompok kami yang menguasai, jadi berasa private beach.
Bermain air sebentar, perjalanan kami lanjutkan ke karang beureum dan tanjung layar. Bau amis dan bau bangkai cukup menusuk hidung sepanjang perjalanan. Surutnya air pantai yang menyebabkan makhluk laut mati kekeringan sehingga menimbulkan bau busuk. Tapi karang-karang unik dan rindangnya pohon kelapa menjadi obat tersendiri.
Sebelum lanjut ke tanjung layar, kami beristirahat sejenak disaung kosong. Teriknya matahari siang itu membuat kami kehausan, banyaknya pohon kelapa menggelitik angan menikmati kelapa muda dipinggir pantai. Setelah foto 'keluarga', kami beranjak ke tanjung layar.
Disanalah berdiri dua batu besar nan kokoh, yang dulu hanya saya lihat gambarnya dan menggoda hati untuk dipanjat. Sayang tidak berhasil sampai kepuncak karena terlalu terjal. Setelah cape memanjat dan bernarcis ria, saya menyusul teman-teman lain yang sudah anteng berteduh diwarung. Finally nemu warung juga.Fiuhhh!!
Sudah cukup melepas dahaga dan foto 'keluarga' dengan latar tanjung layar, bermaksud pulang ke homestay,di perjalanan pulang kami melewati pantai Ciantir yang cantik dan asri, belum jauh meninggalkan warung tiba-tiba hujan deras membasahi bumi sawarna siang itu, saya dan beberapa teman memilih untuk lari sementara yang lainnya berteduh. Dengan PD jaya kami yang tak tahu arah ini akhirnya berhasil sampai ke homestay setelah bertanya sekilas tentang rumah pak Hendy. Untung ga nyasar. Haha
Hari yang panjang ditambah mati lampu yang awet seharian sampai keesokan hari yang artinya ‘no listrik no signal’(tewas style), setelah formasi lengkap dan sudah bersih dari lumpur yang melekat, kami menikmati makan siang kami dengan lahap. Sorenya, kami melanjutkan perjalanan ke pulo manuk, saya dan tiga teman lainnya melewatkan acara menyebrang pulo naik perahu. Karena sempet 'Shock teraphy' mendengar sewa kapal 1juta rupiah.What The?? masalahnya saya bawa duit nge-pas banget..haha <= ternyata hanya akal bulus kawan. Busett, saya tertipu. Haha
Tapi ga masalah, kami bersantai dan bercengkrama sore itu, sambil menunggu sunset.
Puas bermain-main, kami pulang ke homestay untuk selanjutnya makan malam bersama dan recharge tenaga untuk keesokan harinya susur gua lalai.
Gong Xi Fa Cai and Happy Valentine’s Day everyone..
Sementara banyak orang merayakannya bersama orang terkasih, saya siap kotor-kotoran menyusuri gua. Perjalanannya cukup membuat kaki pegel, sebelum akhirnya tiba di gua yang mungkin hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk kami susuri. Kondisi gua yang gelap, genangan air dan lumpur yang licin membuat kami jalan berkelompok karena keterbatasan senter. Karena kondisi dalam gua yang licin dan entah faktor lain apa, penyusuran kami dibatasi. Namun narcis tetap berlanjut karena kebetulan salah satu kawan (Andik) ternyata memiliki insting fotografi yang handal. Terbukti setelah saya melihat hasil jepretannya. Sambil kembali ke homestay, kami para wanita memanfaatkan kelihaian andik untuk bernarcis ria.
Mampir ke homestay sebentar melepas lelah dan memesan kelapa muda, sebagian dari kami sepakat menikmati pantai Ciantir sebagai desert. Tak ada satu pun yang tahan dengan pesona Ciantir, semua menikmati body surfing. Keceriaan berlanjut hingga tengah hari. Sekembalinya, kami menikmati kesegaran kelapa muda. Taste like heaven. Haha
Setelah bersih-bersih, makan siang dan packing, kami berpamitan untuk kembali ke habitat masing-masing. Akhir pekan yang bermakna.
Sawarna, Desa Seribu Warna..
Terima kasih untuk nuansa beningmu...
*Kecuali foto Legon Pari dan Gua Lalay, semua foto diatas hasil jepretan andik. Thank u.